Sosoknya dikenal banyak orang, tapi kebanyakan hanya sedikit orang yang tahu tentang perjalanan hidupnya yang mengagumkan. Ini bukan tanpa sengaja. Kehidupan Che adalah sebuah cerita tentang satu komitmen untuk memerangi semua nilai yang menjerat masyarakat konsumtif kapitalis. Sosoknya menimbulkan sebuah keberanian, menumbuhkan semangat pemberontakan pada dada rakyat di seluruh dunia. Tidak sanggup untuk menguburkan sentimen tersebut, perusahaan-perusahaan kapitalis melakukan pendekatan untuk memanfaatkan dan memodifikasinya, dan juga dengan cara tersebut mereka berusaha menjinakkannya. Tujuan itu sampai sekarang masih belum tercapai.
Masa muda Ernesto “Che� Guevara adalah sebuah petualangan dan penjelajahan. Meskipun dia dibesarkan di keluarga yang berkecukupan di Argentina dan belajar di bidang kedokteran, dia banyak menghabiskan waktunya untuk mengelilingi Amerika Latin
Ketika lulus dari Fakultas kedokteran, Che meninggalkan Argentina, berpura-pura untuk pergi bekerja pada penderita penyakit kusta di Venezuela. Dia benar-benar mencari jawaban yang mendalam atas pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu perasaannya. Dalam pengembaraanya dia melihat kesengsaraan dan kemelaratan yang menjadi pemandangan sehari-hari di Amerika Latin. Bisakah seorang dokter mengobati semua pasien ini ?

Pada tahun 1953 terjadi kekacauan politik di Guetemala. Di tahun 1950 seorang komandan militer sayap kiri, Jacobo Arbenz, terpilih sebagai presiden dan memulai untuk melakukan reformasi politik. Dia meliberalkan hukum-hukum perburuhan, menaikkan upah minimum, mengakhiri repressi terhadap aktifitas politik, dan memulai sebuah kebijakan reformasi agraria. Amerika Serikat menjadi cemas.
Tahun 1953 Arbenz mengambil-alih ratusan hektar tanah kosong yang dimiliki perusahaan Amerika United Fruit Company. Respon Amerika sangat cepat sekali. Sebuah embargo dilakukan dan n bantuan-bantuan teknis diputuskan. Bulan November 1953, semua kapal yang berlabuh di Guatemala dikejar-kejar oleh tentara Amerika.
18 Juni 1954, rombongan pasukan tempur yang diangkut pesawat tempur Amerika menyerbu melalui Honduras. Kaum revolusioner di Guetamala meminta kepada Arbenz untuk mempersenjatai rakyat sebagai alat untuk melawan agresi Amerika, namun sang Presiden Guetemala itu menolaknya. Malahan Arbenz menggunakan satuan tempur reguler Guetemala untuk menghadang invasi. Kesuksesan dalam menghadapi invasi Amerika itu tidak mengurangi ketegangan di Guetamala.
Setelah kegagalan invasi yang menggunakan serdadu bayaran itu, imperialis AS melirik kubu sayap kanan militer dan mengagitasinya untuk melakukan kup. Pada 21 Juni, pemerintahan Arbenz ambruk dan dia mengundurkan diri dari jabatannya. Kedudukannya digantikan tokoh militer sayap kanan, Kolonel Monzon.
Aktivitas-aktivitas politik yang dilakukan Che di Guatemala mendapat perhatian CIA, yang memasukkan dia dalam daftar orang-orang komunis yang berbahaya yang harus segera diringkus. Informasi ini dibocorkan pejabat kedutaan Argentina, yang menawarkan perlindungan untuk Che.
Dari kegagalan pemerintahan Arbenz di Guetemala,Che belajar dua hal penting. Dia menyadari imperialis AS adalah musuh terbesar rakyat Amerika Latin dan kaum revolusioner tidak bisa mengandalkan mesin-mesin negara atau pemerintahan kapitalis, meskipun yang progresif seperti di Guetemala.
Tragedi Guetemala meyakinkan Che akan kebutuhan solusi revolusioner untuk memecahkan masalah-masalah Amerika Latin. Dia sekarang menyebut dirinya seorang Marxis dan berargumen seharusnya Arbenz mempersenjatai rakyat untuk melawan agresi yang disponsori imperialis AS.
Che meninggalkan revolusi yang gagal itu dan pergi ke Mexico. Di sana dia ketemu revolusioner Kuba yang sedang dalam pelarian, Fidel dan Raul Castro. Mereka berbincang semalaman dan paginya dia memutuskan untuk bergabung dengan Castro dalam ekspedisi revolusioner ke Kuba. “Setelah pengalaman mengelilingi Amerika dan akhir kudeta di Guetemala, yang kesemuanya tidak begitu menarikku untuk bergabung dengan kaum revolusioner melawan tirani�, begitu Che berkata.
Tahun 1956, 82 orang militan berkumpul dalam sebuah perahu layar yang bernama Granma dan berlayar menuju Kuba. Pendaratan mereka di propinsi Oriente Selatan diharapkan disertai dengan letupan pemberontakan (up rising). Tapi ekspedisi ini terlihat sangat nekat. Delapan puluh dua orang gerilyawan yang tidak begitu terlatih dan miskin persenjataan, menjejalkan diri dalam perahu yang sebenarnya untuk memuat 12 orang, berharap untuk melawan tentara Kuba yang dibekingi Amerika. Bagaimana mereka bisa berharap menang ?
Kuba sedang bergolak, sedang dalam keadaan matang untuk sebuah revolusi. Fulgencio Batista mendapatkan kekuasaan lewat sebuah kudeta militer di tahun 1952; dia adalah anak kesayangan Paman Sam di Havana.
Perusahaan-perusahaan Amerika mendominasi perekonomian Kuba. Perusahaan AS mengkontrol 80 % barang-barang yang ada di Kuba, 90 % di pertambangan, 100 % penyulingan minyak, 40 % industri gula dan 90 % peternakan sapi. Hal ini membawa sedikit kemakmuran bagi rakyat Kuba : 50 % orang tidak mendapatkan listrik, 40 % penduduk masih buta huruf, dan 95 % anak-anak di daerah pedesaan menderita karena kemiskinan dan berbagai penyakit.
Batista melakukan yang terbaik untuk menghancurkan semua gerakan pelajar, mahasiswa, buruh dan petani. Antara tahun 1952 sampai 1959, 20.000 orang telah dibantai oleh tukang jagalnya Tuan Batista.
Granma diserang oleh tentara Batista ketika mendarat; hanya 12 orang dari anggota ekspedisi yang selamat. Che, Castro dan yang lainnya lari ke pegunungan Sierra Maestra dan mendirikan sebuah basis pertahanan. Disana mereka memulai membangun kembali tentara pemberontak dan sebuah partai politik baru, Gerakan 26 Juli.
Strategi Castro bersandar pada memenangkan dukungan dari petani sekitarnya dan membangun sebuah basis perlawanan pertama di Oriente. Ketika kaum pemberontak mulai memenangkan pertempuran-pertempuran melawan tentara Batista, para petani mulai menunjukkan dukungannya. Program Reformasi Agraria yang dirancang Tentara Pemberontak banyak meraih simpati rakyat. Tahun 1958 para petani mulai bergabung dalam barisan tentara pemberontak, dan jumlahnya makin lama- makin membengkak.
Ketika tentara pemberontak mendapatkan dukungan terbesarnya dari para petani, Gerakan 26 Juli juga mulai mendapatkan dukungan dari kelas pekerja perkotaan dan buruh-buruh tani. Gerakan ini menyusup ke kota-kota dan mulai mengorganisir kelas pekerja secara rahasia. Bulan April 1958, para pemberontak menyerukan pemogokan umum, tapi mereka belum mempunyai cukup dukungan dan organisasi yang memadai, dan akhirnya pemogokan tersebut gagal.
Dengan memanfaatkan demoralisasi yang melanda rakyat, Batista mengumpulkan 10.000 tentara di kaki gunung Sierra Maestra pada bulan Mei 1958 dalam usahanya yang terakhir untuk menghancurkan gerilyawan revolusioner. Castro memimpin 300 orang pasukan. Selama 36 hari tentara rezim Batista menekan gerilyawan pemberontakan. Tanggal 18 Agustus, bagaimanapun dahsyatnya gempuran tentara Batista akhirnya mengalami kegagalan. Para gerilyawan di pegunungan tetap tak tersentuh, dan tentara Batista sudah tidak sanggup untuk bertempur lagi.
Pemberontak revolusioner melakukan serangan balik dengan mengirimkan dua regu gerilyawan untuk merebut daerah baru. Salah satunya di pimpin oleh Che Guevara. Bulan Oktober para pemberontak berhasil mendirikan sebuah basis perlawanan di pegunungan Escambray, di daerah tengah Kuba, dibawah komando Che Guevara. Mereka juga mendirikan basis lain di pegunungan Sierra Cristal, dimana Raul Castro menerapkan reformasi agraria dan membebaskan daerah yang berpenduduk lima ratus ribu orang.
Tahun 1958 para pemberontak berkembang dari dulunya sebuah unit gerilya menjadi tentara rakyat. Bulan November pasukan Castro turun gunung dan melakukan penyerangan ke kota Santiago, kota terbesar kedua di Kuba. Di Bulan Desember pasukan Che menuju ke Santa Clara dan disambut oleh pemberontakan rakyat yang di organisir Gerakan 26 Juli.
Tanggal 1 Januari 1959, Batista merasa terancam dan melarikan diri dari Kuba dengan membawa US$ 7 juta dalam kopernya. Pejabat militernya mendeklarasikan pemerintahan baru. Castro meresponnya dengan mengadakan pemogokan umum yang kedua. Kali ini pemogokan umum ini berjalan dengan sukses, memperlihatkan dukungan penuh dari kelas pekerja kepada para gerilyawan pemberontak. Tanggal 2 Januari, Castro masuk ke Santiago dan Che ke Havana. Kuba berhasil dibebaskan.
Dalam pemerintahan revolusioner baru, Che bertugas untuk melakukan reorganisasi industri dan agrikultural. Hanya lima bulan setelah keruntuhan Rezim Batista, Che menetapkan sebuah Hukum bagi mereka yang mempunyai tanah seluas lebih dari 400 ha untuk di redistribusikan ke para petani yang tidak mempunyai tanah dan memaksa para tuan-tuan tanah untuk mengerjakan sendiri tanahnya. Dia membantu untuk menyelenggarakan sekolah gratis di Kuba dan meluncurkan kampanye sukarelawan pendidikan yang akan di gunakan untuk memberantas buta huruf yang menghasilkan tingkat melek huruf yang lebih tinggi jika di bandingkan dengan Amerika.
Che menekankan pentingnya keterlibatan para pemuda dalam perjuangan revolusiner. Berbicara pada Persatuan Pemuda Komunis tahun 1962, dia berkata “Kalian, Kawan-Kawan, harus menjadi pelopor untuk seluruh gerakan, pertama sekali kalian harus sanggup untuk mengorbankan diri demi kebutuhan revolusi, apapun jadinya�
Dia menjadi pembicara berskala internasional untuk revolusi, secara aktif membantu gerakan revolusioner di Afrika, Asia dan Amerika Latin. Dia beberapa kali mengunjungi Uni Soviet, tapi tanpa takut mempublikasikan kritiknya tentang pemerintahannya (Uni Sovyet, pent) yang birokratis.
Besarnya komitmen Che terhadap Internasionalisme sangat jelas didemonstrasikan tahun 1965, ketika dia secara tegas mengundurkan diri dari pemerintahan dan pergi untuk membantu gerakan revolusioner baru secara pribadi, pertama di Kongo dan kemudian di Bolivia.
Saat berada di Bolivia tahun 1967, Che ditangkap CIA yang membekingi tentara Bolivia dan membunuhnya di usia 39 tahun. Tapi saat ini namanya dan reputasinya tertanam dengan kuat, dan wajahnya muncul dalam bendera-bendera, plakat, dan muncul sebagai personifikasi revolusi di dunia.

sumber : acehforum.or.id